Wabah Covid Telah Selesai | Covid 19 Recap | Perjalanan Menjadi Bapak
#BookProject 12/22/2021 02:24:00 PMBaik, kita tarik mundur kebelakang, kenapa tulisan ini ada. Kawan kawan, tulisan saya di tentang hari pertama Lockdown ditetapkan karena wabah Covid 19 ini pernah saya tulis disini. Sebuah tulisan yang ada karena waktu itu, pertama kali ditetapkan Lockdown. Atau pembatasan wilayah di Malang Raya. Jalan jalan ditutup, sangat sepi, aktivitas dibatasi. Dan absurdnya, yang ada di bayangan kepala ini seperti film film zombie, dimana akses akses ditutup, orang orang memakai baju hazmat, polisi, tentara, semuanya menunggu di perbatasan, awan mendung, sepi, hening, dan mencekam. Baiklah itu berlebihan ternyata. Hehe
Setelah ditetapkanya locdown tersebut, maka akhirnya berfikir kalau bagaimana jika diri ini yang akan bekerja dirumah aja selama dua pekan kedepan tetap produktif. Ya, mending membuka blog lama dan mencatat hari hari dimana Covid ini melanda. Lagi lagi seperti film SciFi dimana ada peneliti, atau orang orang yang tersisa di dunia yang dikuasai zombie. Berharap nanti catatannya akan di temukan oleh para mnusia di masa depan. hahaha.
Lalu tulisan H-0 Catatan berada di Zona Merah Covid Muncul. Yang nantinya akan ada H ke 2, ke 10, ke 100, sampai ke 500 sekian sampai wabah ini selesai.
Namun kondisi nyatanya, ternyata tidak sesuai yang dibayangkan. Kantor mulai cukup menyita perhatian. Penjualan menurun, sistem perusahaan terus terusan diganti, keluar masuk karyawan, target yang tak bersahabat dnegan realisasi, dinamika naik turunnya emosional dampak covid ini menghantam. Itulah sebab sebab akhirnya tulisan tentang hari hari di dunia nyata tak dilanjutkan episode nya di Blog ini.
Belum lagi, memulai awal tahun 2020 dengan tidak baik baik saja. Semua dimulai dengan kondisi diri yang lelah, dengan segala dinamika urusan rasa menumpuk sudah. Semua tumpah. Tak tersisa. Isinya keluar, dengan sedikit kata yang akhirnya sampai. Semua ditutup, rapat, pamit dengan baik baik.
Bergerak menuju akhir tahun, badai menghantam keras hari harinya, namun kami masih bergerak. Masih bisa bertahan. Alhamdulillah. Perusahaan bisa bertahan dengan banyak tambalan sana sini. Setidaknya menertawakan segala perjuangan melewati badai badai tahun itu masih dinikmati dengan secangkir kopi di sore hari.
Awal tahun 2021 adalah harapan. Dengan segala keterbatasan, Bismillah, Diri ini mantap untuk menikah. Dengan segala dinamikanya, akhirnya kami memulai. Dengan Seseorang yang tiba hadir. Datang. Dengan segala lukanya ia tersenyum. Mngusap lembut peluh dan luka yang belum kering. sorot matanya selalu menguatkan. Sampai Hari Raya tiba, semuanya penuh bahagia. Hmm, gini ya rasanya menikah. Dan Hadirlah titik calon manusia kecil. Hati kami terharu. Kami bersyukur.
Setelah Lebaran itulah, Ombak kedua menghantam keras. Covid 19 belum selesai, dan ini jauh lebih parah. Mendadak dunia hening. Hanya diisi suara sirine dan pengumuman di mushola dan masjid masjid. Bahwa si Fulan meninggal, si Fulan mninggal. Tak henti hentinya.
Orang tua di rumah, adik, nenek, tante, dan semua keluarga mengabari, Bahwa beberapa dilarikan ke rumah sakit, beberappa harus bertahan. Keluarga istri pun ikut tersapu ombak. Kami berdua membesarkan sikecil diperut penuh kewaspadaan. Bisa dihitung hari kami merasakan terpaan sinar matahari diluar rumah. Sisanya kami hanya menatap langit dari jendela kamar.
Ombak besar belum selesai. Beberapa kawan bergantian memberi kabar bahwa mereka terkena. Ada yang sembuh, ada yang berakhir sama seperti yang lainnya. Bapak belum sembuh sembuh juga, Tante dikabarkan cukup parah. Bulan bulan yang berat. Emosi, finansial, semua terkuras. Ekonomi, kondisi perusahaan tabah compang camping. Cerita cerita kawan pun mengisyaratkan, badai juga menabrak semuannya. Namun lagi lagi kami bersyukur, bahwa Penyakit ini tidak mampir ke gubuk kami.
Semua berangsur membaik. Mulai perahan menghilang, mereda, menuju baik baik saja. Di penghujung tahun, terlihat setitik cahaya. Harapan, ternyata masih ada. 2021 dengan segala dinamikanya. Semoga ini sekolah agar diri semakin dewasa.
Kabar perekonomian mulai ada geliat, usaha di rumah mulai bergerak lagi, semua optimis mulai berjuang kembali, kok rasa rasanya ada rasa yang kemarin hilang telah kembali.
Si kecil lama lama sering nendang nendang ibunya seiring waktu, kepalanya sudah di bawah. kata Bidan, awal tahun depan tangisnya siap menyapa hari pertamanya di Dunia. Aamiin. Persiapan mungkin belum maksimal akibat badai badai kemarin. Tapi inilah mungkin Perjalanan Menjadi Bapak.
Sebulan setelah kabar PPKM dibatalkan. Usaha orang tua kembali menggeliat. Jalanan ramai. Perekonomian membaik. Mungkin inilah ujung dari pandemik covid 19 ini. Wabah ini segera selesai.
Semua itu telah melonggarkan isi kepala yang menyempit selama badai. Dan tiba tiba munculah video lama Raditya Dika saat launching buku di Gramedia. Hmm, kenapa tiba tiba pengen nulis receh lagi. Hehe. Dan akhirnya keingetlah gagas media. Penerbit cukup ternama juga di bacaan bacaa ringan sekelas novel remaja. Saat buka websitnya, ada terpampang buku karya Retno Hening tentang anaknya, Kirana.
Belum selesai sampai disitu. Setelah baca sekilas sinopsis bukunya, disitu pada intinya berisi tentang perjalanan Retno hening menjadi ibu yang banyak belajar setelah kehadiran Kirana. Hmmm, otak ini masih bergerak liar. Lalu terbersitlah blog ini. Ah kenapa lucu lucu sekali isinya setelah dibuka lagi. Lucu yang wierd. Aneh, masak Calon Bapak, nulis alay. Ngeblog, bikin diary. Kan aneh. Hahaha. Asal gak ada temen yang tau aja sih.
Nah, tulisan terakhir tentang blog ini tentang H0 Covid. Saat pertama kali Lockdown. Akhirnya ingat lah bahwa seharusnya ada catatan catatan berikutnya. Untuk membayar hutang tersebut, Maka dibuatlah tulisan ini. Saat Pandemi ini memasuki fase ujungnya sebelum akhirnya benar benar selesai setelah ini
Dari pikiran barusan, mungkin yang dianggap alay bagi fase bapak bapak ini menarik juga untuk dituliskan.
Tentang Bagaimana Perjalanan Menjadi Bapak.
Nanti jadi buku? hmmm. Tulis aja dulu. Pengalaman sih tulisan yang gak dipublis, malah mengendap di laptop, usang, lupa, kebuang. Mending mulai aja, ditulis pelan pelan.