[A Journey] Young Socio Entrepreneurship 2015, SIF Singapore (1)

5/13/2015 10:48:00 PM


Ini tentang perjalananku berikutnya, singapura. “Esa, mau ikut lomba”. “ Lomba apa mas?” “Business plan gitu sih” “Boleh…”. Mungkin itu sepenggal percakapan ajaib. Dimana Allah sedang mengabulkan salah satu mimpi yang ditulis oleh hamba kecilnya. Berawal dari menulis tentang membangkitkan semangat di blog ini, kemudian iri dengan teman teman yang sedang studi di luar sampai perakapan ajaib itu. Semua memang tak disangka sangka.
Membuat paspor, membeli tiket, booking hotel, semua beres. Tapi sayang, salah satu dari tim kami, mbak ai, terpaksa harus merelakan keberangkatanya karena ada masalah pada pembuatan paspor. Kekuatan kelompok kami berkurang. Ya, sebenarnya yang mengetahui tentang dunia keuangan dia. Kami mengikuti lomba business plan di singapura. Bukan sekedar bisnis, tapi tentang membuat perubahan dimasyarakat untuk lebih baik lagi.
Senin, pukul Sembilan lebih aku dan mas Iqbal, berangkat. Xenia yang dikendarai orang tuaku melaju santai menuju bandara internasional juanda. Penerbangan kami sekitar pukul satu siang. Dalam perjalanan menuju bandara aku setengah tidak percaya. Sebentar lagi aku akan terbang menuju negeri orang.
Sampai di kawasa bandara, bapakku mengajak sarapan terlebih dahulu di warung kecil dekat kantor penjualan alat berat. Silih berganti pesawat terbang rendah didekat warung ini. Aku tetap setengah tidak percaya, sebentarlagi akan terbang menuju negeri orang.
Pukul 12 lebih kami tiba di terminal dua juanda. Sholat dhuhur, kemudian baru masuk untuk boarding. Ternyata, kami terlalu banyak membuang waktu di luar. Sekarang adalah last call untuk penumpang tiger air keberangkatan pukul 13.55. Hampir saja semua angan angan hangus terbakar. Setelah melambaikan tangan sesaat kepada orang tuaku, kami tergesa gesa menuju pesawat. Dan kebetulan pesawat kami pada gate 9. Itu jauh.
Akhirnya, dengan nafas yang lebih cepat dari biasanya kami duduk dan mengencangkan sabuk pengaman. Bersiap, dan, good bay Indonesia… ada percakapan lucu di pesawat itu. Ada seorang yang meminjam pasporku karena memang terlihat baru. Aku tidak Tanya namanya, yang kuingat hanya lah dia putih, bermata sipit dan telah berumur namun badanya besar.  Bapak itu terkaget kaget elihat namaku ada rasa islamnya. Kebetulan saat itu musim ISIS. Aku hanya menahan ketawa. Bapak kira aku teroris? Batinku. Hahahaha.
Obrolan kami berlanjut hingga beralih sampai kehebatan cina dan masalah Indonesia. Tapi kuakui, bapak itu baik, kami diberitahu bagaimana mengisi formulir embarkasi sampai MRT apa yang harus kita naiki nanti. Setidaknya kami tidak bonek lagi ke singapura.
Dua jam, saat melihat diluar candela, Ada pemandangan luar biasa, batam. Banyak pulau pulau kecil dengan warna hijau berpola sama. Itu pasti kebun sawit. Dan akhirnya, pramugari mengingatkan seluruh penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman kembali. Pesawat terus terbang memrendah sampai akhirnya berdecit menyentuh aspal chang ngi airport. Assalamualaikum singapura.
Seperti inikah rasanya? Seperti inikah baunya? Seperti inikah warnanya?
Hehehe, lebay..
Welcome to Singapore..
Tidak disangka sangka, ternyata kami satu penerbangan dengan tim dari  Universitas Brawijaya. Teman sendiri. Dan tidak disangka sangka juga, tiga orang yang duduk dibelakang kami juga adalah peserta Young Socio Entrepreneurs ini dan berasal dari Universitas Negeri Malang. Tetangga sebelah.  Dan tidak disangka sangka juga, Kami sudah berada di.. Singapura.
Tujuan pertama kami berikutnya adalah, Mencari peta. Semua panduan aku ambil. Ya sekaligus untuk kenang kenangan sih. Kertas informasi ini memang disediakan untuk turis yang baru datang di singapura. Bandaranya terhubung dengan setasiun MRT di lantai bawah. Sehingga setelah urusan tentang imigrasi selesai, kami langsung menuju stasiun. Masalah kedua, kami bingung bagai mana menggunakan mesin tiket. Maklum lah. Hehe.
Ternyata setelah dipandu petugas, caranya adalah kami harus menentukan tujuan kami terlebih dahulu, Lavender. Kemudian memasukan uang ke tempat yangsudah disediakan. Untuk yang baru, maka kartu akan keluar. Kartu ini dapat diisi ulang sampai enam kali. Dan untuk isi ulang, cukup hanya dengan meletakan kartu di tempat yang disediakan, lalu dilanjutkan sama seperti proses membeli kartu baru tadi.
Kemudian kereta datang. Ini pertama kali juga menggunakan MRT. Lagi lagi Allah mengirimkan pertolongankepada kami. Seorang perempuan paruh baya sepertinya mengetahui kami baru datang di singapura. Dia dengan sangat sangat ramah memberitahu kami tempat hostel kami, dimana kami harus ganti MRT di setasiun berikutnya, sampai menenangkan salah satu teman kami yang airminumnya tumpah didalam kereta. Ramah, sesuatu yang perlahan luntut dinegeri kita, yang katanya negeri dengan orang orang ramah.
Aku kagum dengan bangunan disini. Selain puluhan tingkat keatas, namun juga ada beberapa tingkat dibawah untuk setasiun MRT. Selanjutnya kami berhenti di Lavender. Masalah kedua, lokasi hostel kami dimana? Yang kami tau hanya lamat nya saja. Sedangkan arahmana hyang harus kami tuju, kami bingung. Tanya kebeberapa orang, GPS, sampai akhirnya kami diberitahu oleh salah satu karyawan tempat makan.

Sampainya di hostel, akhirnya. Tapi ternyata perjuangan belum selesai. Kamaraku dan mas Iqbal di lantai empat. Dan disitu tidak ada lif, dan aku bawa koper. Duuuh.. bismillah aja wes. Sementara untuk kelompok dari UB satunya, dia mendapatkan kamar di lantai satu. Selamat untuk kalian rek.
AC kunyalakan, Mandi, Ganti baju, merebhkan badan sejenak, mencari tahu jadwal sholat, dan akhirnya, bersiap benrangkat menuju china town. Perjalanan hari ini belum selesai ternyata. Kakiku yang dari tadi menolak ide itu terpaksa harus mengalah. Jalan jalan dulu yuk. Menikmati malam singapura.
Kami sengaja menuju Chinatown untuk belanja oleh oleh dihari pertama. Ini karena memang kami menyadari beberapa hari kedepan kami akan menghabiskan watu untuk tujuan awal kami mengapa berada di negeri ini. Barang barang disini memang murah. Dan semua memanga sangat bernuansa china. Lampion dimana mana. Babi, arak, beer banyak dan hampir disemua kios ada. Kelenteng,bangunan arsitektur china, warna merah dan kuning yang khas adalah hal yang selalu kami temui. Namun ada yang berbeda. Dari sekian bangunan, ini yang membuat hati kami terasa seperti memiliki rumah disini. Masjid.
Lelah berbelanja dan berkeliling, akhirnyakami memutuskan untuk kembali ke hostel. Sampai dihostel da nada ternyata satu lagi. Ada satu tim dari UB yang juga menjadi tetangga kamarku. Hai mas. Lengkap sudah. Tiga dari Tim UB berada di satu tempat penginapan yang sama. Sedikit basa basi, Sholat Isya’, menyalakan AC dan tidur. Selamat malam singapura…

Dan, kita tutup malam ini dengan mi rebus yang di aduk pake pensil...



Bersambung… 




You Might Also Like

4 komentar

  1. ternyata malah lebih lebih daripada yang diceritakan waktu ketemu di UB setelah 2 tahun nggak ketemu :3

    BalasHapus