Esa Muhammad

Ternyata lumayan lama juga tidak buka blog ini. Mungkin mumpung sempat, nyepam aja dulu. paling nggak ada yang baru di halaman blog ini. hehe. "Emang kemana aja? segitu sibuknya ya?"... enggak juga sih. Hanya alokasi waktu buat nulis di blog ini tidak pernah di jadwalkan. jadi harus nunggu waktu kayak gini ni. Seharian kosong gak ada jadwal kuliah. Dari tadi pagi setiap udah rapi dan mau berangkat, kata kata kayak "hari ini praktikum libur..." " hari ini kuliah libur dulu.." muncul di line. oke, balik duduk lagi, ngadep ke laptop, ngobrol seru bareng corel dan photoshop.

"Jadi selama ini udah gak nulis lagi?" Enggak juga, tetep nulis kok. masih sama kayak dulu. cuman, berhubung akhir akhir ini temanya tentang, 'kamu', " yeeeeeeekkk... skip. iya, tentang kayak gitu. so, cukup di endapkan aja di draft. hahahaha. oke, lupakan yang barusan.

oke, berhubung udah habis bahan buat nulisnya, cukup sekian. Mungkin postingan sampah ini bisa buat ngaktifin kelenjar kelenjar menulis saya. biar hormon yang merangsang rasa semangat menulis saya bisa muncul lagi. Aamiin. selamat siang... :) 

Aku mau memikirkan urusan negaraku. Aku mau memikirkan urusan lingkungan sekitarku. Aku mau bahkan tidak dibayar sekalipun. Sejauh kalian pergi, rumah adalah tempat yang paling kalian rindukan. Selalu ada hari untuk pulang. Meskipun sekali, aku paham bagaimana rasanya berdiri di tanah orang. Kalian akan merasakan sesuatu yang serba enak disana. Serba mudah dan serba seperti yang kalian katakan jauh lebih baik dari Indonesia. Tapi justru semakin banyak tanah orang yang kalian injak, justru pasti hal terkecil dibangsamu lah yang akan paling kalian rindukan. Waktu itu, aku benar benar kagum bagaimana teraturnya mereka. Semua serba mudah dan cepat. Rapi, indah tanpa bau. Tapi sepanjang langkah kakiku justru ada sesuatu yang kurasa tidak ada ditempat ini. Kebahagiaan. Aku tidak melihat orang orang yang duduk berkumpul di pinggir jalan. Menyeruput kopi kemudian menhisap rokok seakan hidup mereka tidak memiliki beban.

Makan apa nanti? besok bayar sekolah pakai apa? harus utang kemana untuk berobat? pertanyaan klise seperti itu seakan mereka lepaskan bersama hembusan asap rokok. Berbagi tawa, saling menyapa, menanyakan kabar, berjabat tangan, berbagi makanan meskipun sepotong. Inilah negeriku. Seperti kata panji, Indonesia memang tidak sempurna. Tapi tetap layak diperjuangkan. Tuhan sayang Indonesia. Dia berikan lebih di tanah ini. Tapi tetap tidak ingin bangsa ini terlena, Dia ingin dari setiap rahim di negeri ini akan terlahir para pejuang-pejuang baru. Kenapa kita berteriak tentang perubahan jika yang kita lakukan hanya menyerahkan semua urusan negara ini ke pemerintah saja? Padahal negara ini milik semuannya. Sudah saatnya kita ikut turun tangan. Bukan lagi waktunya berbicara tentang untung rugi. Sudah saatnya memikirkan, bekas apa yang akan kita tinggalkan di tempat kita pernah berdiri saat ini. Aku sudah memulainya sejak lama, semoga tetap istiqomah. Mulai dari mereka para cendekiawan hingga pemuda yang suka nongkrong di warung kopi sudah pernah kua ajak bicara untuk memikirkan apa yang terjadi di sekitarnya. Setidaknya, ini usahaku memenuhi jawaban, mengapa Tuhan melahirkanku di tempat ini.

Selamat dan Sukses

untuk

Univeritas Brawijaya

sebagai

JUARA PIMNAS XXVIII

di Univ. Haluoleo Kendari

Semoga selalu bisa menjadi kampus yang memiliki tradisi Juara

Satu kata... Satu jiwa... Brawijaya... Juara...

Saya sempat membicarakan pada beberapa teman saya bahwa 5 tahun umur saya kedepan akan saya fokuskan untuk pengabdian. Hal ini juga yang membuat saya sedikit menahan untuk membicarakan hal hal yang mengarah ke., ah, you know laahh.... saat ini postingan saya tentang itu memang sengaja saya endapkan di draft saja. Tapi maafkan saya yang terkadang tidak mampu menjaga mulut saya untuk membahas tentang dia.

Sempat khawatir bahwa saya tidak benar benar bisa melaksanakannya. Tapi Tuhan menjawabnya dengan sedemikian rupa, sampai sampai memberikan langsung dua PR besar yang harus saya tuntaskan. Maksud saya dengan tim. Mungkin seperti sepeda motor yang saya gunakan saat survei kemarin, otot, pikiran, keringat akan di paksa lebih berat lagi melawati tanjakan yang terjal, kadang juga berbatu dan begitu licin. Sehingga siap menjatuhkan saya kapan pun jika tak berhati hati.

Alangkah baiknya Tuhan masih memberi kesempatan mengambil pelajaran dari dua perjalanan kemarin. Menyurvei dua desa dengan jarak yang begitu jauh dari dua program yang berbeda pula. Namun tidak sampai di situ, bagaikan anak kucing yang kehausan. Saya dan tim juga tiba tiba dibukakan kesempatan untuk merealisasikan keinginan kita untuk mengabdi mengajarkan bahasa pada anak anak pesisir. Berawal dari obrolan saat siang beberapa hari sebelumnya hingga pada akhirnya kami tidak segan segan untuk segera mengambil kesempatan itu. Tuhan benar benar yang mengarahkannya. Serasa semua pintu sedang dibuka lebar lebar. Tuhan, sanggupkan kami..

Petanikita, Keripik ikan, Sekolah pesisir

Mungkin ini kebiasaan buruk yang menjadi kebiasaan. Ah, apalah itu, lagi lagi latepost. Hehehe. Yang ini tentang langganan menjadi finalis di ajang lomba karya ilmiah. Ini posisi tim kami yaitu menjadi salah satu tuan rumah di universitas sendiri. Tak apalah, Alhamdulillah di ijinkan untuk menghabiskan jatah gagal lagi.

Pastinya ini pelajaran bagi kami, kesuksesan adalah tentang persiapan yang berbanding lurus dengan keberuntungan. Persiapan kami kurang matang. Hal itu harus dibayar mahal di ajang khatulistiwa kemarin. It's oke, harus nyoba lagi. 

Bila dikatakan ini sebuah perjalanan yang panjang. Sebuah prjalanan yang besar. Sebuah perjalanan untuk sebuak visi. Untuk sebuah misi. Untuk sebuah cerita. Ya, inilah awalnya. Perjalanan ini telah dimulai.